

Demam berdarah dengue (DBD) sedang marak dan rumah sakit penuh dengan pasien. Penyebab utama meningkatnya korban adalah kurangnya pengetahuan tentang penanganan yang benar saat terkena DBD.
DBD punya ciri khas demam yang berbeda dari demam biasa, yaitu pola demam naik turun seperti pelana kuda. Saat awal, penderita tiba-tiba demam tinggi dan perlu istirahat cukup. Jika demam tidak turun setelah tiga hari atau disertai muntah dan malas makan, sebaiknya segera ke rumah sakit.
Yang perlu diwaspadai adalah fase kritis, di mana demam tiba-tiba turun drastis hingga normal, tapi ini justru tanda bahaya. Anak bisa mengalami shock syndrome dengan gejala gelisah, pucat, Ole777, tangan dan kaki dingin, serta denyut nadi cepat tapi lemah. Jika muncul tanda perdarahan seperti mimisan, bintik merah, atau tinja hitam, harus segera rawat inap supaya dapat penanganan maksimal.
Fase terakhir adalah penyembuhan, biasanya terjadi hari ke-6 atau ke-7, di mana demam bisa naik turun lagi tapi akhirnya membaik, nafsu makan kembali normal, dan aktivitas mulai pulih. Bisa muncul ruam merah di kaki dan tangan sebagai tanda penyembuhan.
Untuk obat, dokter biasanya rekomendasikan parasetamol karena aman untuk menurunkan demam pada DBD. Hindari aspirin dan ibuprofen karena dapat memicu perdarahan lambung dan menurunkan trombosit, yang berbahaya bagi penderita DBD.
Intinya, jangan sepelekan demam tinggi di musim DBD, cepat periksakan ke dokter, istirahat cukup, dan minum obat yang direkomendasikan supaya proses pemulihan aman dan lancar. Tetap waspada agar DBD bisa cepat tertangani dengan tepat!